Aqliyah Indonesia

BERSIH-BERSIH

MASJID AGUNG DEMAK

 

Perjuangan 30 Tahun Menghadapi Menoragia, Mbak Vita Temukan Kesembuhan Melalui Pendekatan Aqliyah Indonesia

Perjuangan 30 Tahun Menghadapi Menoragia, Mbak Vita Temukan Kesembuhan Melalui Pendekatan Aqliyah Indonesia

Yogyakarta, Indonesia — Selama lebih dari tiga dekade, Mbak Vita, seorang anggota komunitas Aqliyah Indonesia, menghadapi kondisi menoragia, yakni pendarahan menstruasi yang berkepanjangan dan sangat deras. Kondisi ini membuatnya harus bergantung pada berbagai jenis obat, mulai dari hormon hingga suplemen darah. Namun, sejak bergabung dengan komunitas Aqliyah, Mbak Vita merasakan perubahan signifikan pada kesehatannya.

Awal Mula Perjalanan Menoragia

Masalah kesehatan Mbak Vita dimulai sejak usia SD, ketika ia pertama kali mengalami menstruasi pada usia 10 atau 11 tahun. Berbeda dengan anak-anak perempuan lain yang umumnya mengalami siklus haid selama lima hingga tujuh hari, Mbak Vita mengalami haid yang deras dan berkepanjangan, bahkan berlangsung hingga dua minggu. “Sebulan bisa dua kali haid, seperti keran bocor yang tidak berhenti,” ujar Mbak Vita dalam wawancaranya. Kondisi ini membuatnya sering lemas dan pucat karena kehilangan banyak darah.

Para dokter yang menangani Mbak Vita memberi diagnosis hiperplasia endometrium, yaitu penebalan dinding rahim akibat ketidakseimbangan hormon. Pada usia dini, ia bahkan sempat mendapat vonis kemungkinan kanker atau tumor, meski hasil tes kemudian menunjukkan bahwa penebalan tersebut tidak mengarah pada keganasan. Meski demikian, pendarahan yang tak terkendali ini tetap mengganggu hidupnya, sehingga ia terus menjalani terapi hormon dan mengonsumsi obat untuk mengurangi pendarahan.

Pencarian Solusi dan Perkenalan dengan Aqliyah Indonesia

Perjalanan mencari kesembuhan membawa Mbak Vita pada berbagai terapi, baik medis maupun alternatif. “Saya sudah mencoba berbagai pengobatan, dari jamu hingga terapi agama, semua saya coba,” kata Mbak Vita. Pada tahun 2019, ketika pandemi melanda dan aktivitas luar rumah terbatas, suaminya mengajaknya bergabung dengan komunitas Aqliyah Indonesia. Tanpa banyak aktivitas di luar, Mbak Vita pun memutuskan untuk mencoba mengikuti kegiatan komunitas ini.

Awalnya, ia hanya mengikuti kegiatan rutin mingguan seperti membersihkan masjid bersama anggota komunitas lainnya. Namun, keterlibatannya di Aqliyah secara perlahan mulai membawa perubahan besar pada kesehatan dan pola pikirnya.

Pendekatan “Obah Hati” dalam Kesehatan ala Aqliyah

Aqliyah Indonesia menerapkan konsep “obah hati” atau perubahan hati sebagai dasar dari kesehatan. Menurut Bapak Haji Agus Sumardoso, pembina komunitas, pendekatan ini menekankan bahwa kesehatan tidak hanya datang dari obat-obatan, tetapi juga dari keseimbangan emosi dan ketenangan batin. Dalam komunitas ini, anggota didorong untuk “senang hatinya” dan menghadapi kehidupan dengan pikiran yang lebih luas dan positif.

Mbak Vita mengakui bahwa, sebelum bergabung dengan Aqliyah, ia sering memikirkan banyak hal yang memicu stres. “Setelah bergabung, saya belajar menerima hidup dengan lebih tenang dan tidak terlalu banyak berkeinginan atau berangan-angan. Dengan begitu, hati saya menjadi lebih damai,” ungkapnya. Pembina Aqliyah menjelaskan bahwa keinginan yang berlebihan dapat membuat seseorang terjebak dalam stres yang akhirnya berpengaruh pada kesehatan fisik.

Perubahan Kesehatan dan Kehidupan yang Diraih

Setelah beberapa waktu aktif di Aqliyah, Mbak Vita merasakan perubahan drastis pada siklus menstruasinya. Dari yang sebelumnya mengalami haid selama berbulan-bulan tanpa henti, kini ia hanya mengalami haid secara normal dan singkat. Tanpa lagi bergantung pada obat-obatan hormonal, Mbak Vita merasakan tubuhnya semakin sehat.

“Setelah saya belajar mengubah hati saya, siklus haid saya pun ikut berubah menjadi lebih teratur. Saya tidak menyangka, tapi inilah yang saya rasakan setelah mengikuti kegiatan di Aqliyah,” katanya. Tidak hanya Mbak Vita, perubahan positif ini juga dirasakan oleh anggota keluarganya. Suami dan anak-anaknya kini ikut merasakan dampak positif dari perubahan kesehatan Mbak Vita, sehingga mereka juga menjadi lebih sehat secara mental dan emosional.

Perbedaan Pendekatan Sehat Tanpa Obat di Aqliyah

Pendekatan Aqliyah yang berbeda dengan terapi medis konvensional membuat komunitas ini menarik bagi mereka yang mencari alternatif untuk kesehatan mental dan fisik. Menurut Bapak Agus, kesehatan dapat dicapai dengan merawat hati dan pikiran melalui penerimaan yang luas tanpa menuntut. Ia menambahkan, “Kita tidak perlu menunggu sehat melalui obat, tetapi melalui perubahan dalam cara pandang dan sikap hidup kita sehari-hari.”

Dalam perbincangan tersebut, pembina Aqliyah menekankan pentingnya menghadapi sakit sebagai sarana bangkit. Dengan menjadikan sakit sebagai pengingat untuk lebih bersyukur dan menguatkan hubungan dengan Sang Pencipta, seseorang bisa meraih kesehatan sejati yang tidak hanya fisik, tetapi juga mental dan spiritual.

Menjaga Semangat dan Kebersamaan dalam Komunitas

Mbak Vita merasa beruntung bisa menjadi bagian dari Aqliyah Indonesia yang baginya membawa banyak manfaat, baik untuk dirinya maupun keluarganya. Melalui komunitas ini, ia belajar bahwa kebahagiaan dan kesehatan bisa dicapai dengan menerima hidup apa adanya, tanpa perlu tergantung pada hal-hal materi atau obat-obatan.

Sebagai penutup, Mbak Vita menyampaikan rasa syukur dan terima kasihnya kepada Aqliyah yang telah membantunya menemukan jalan sehat tanpa obat. “Saya merasa sangat bersyukur dengan apa yang telah saya dapatkan dari komunitas ini. Ini bukan hanya untuk saya, tapi juga untuk keluarga saya,” tutupnya.

Artikel ini menggambarkan kisah inspiratif Mbak Vita yang berhasil mendapatkan kebahagiaan setelah puluhan tahun hidup bersama menoragia setelah puluhan tahun melalui pendekatan komunitas Aqliyah Indonesia yang berfokus pada keseimbangan emosi dan kebahagiaan batin.

AQLIYAH INDONESIA

Berkesadaran Dengan Akal Realita

Lahir  dan Hidup Di Indonesia