Kalau kamu pernah main ke rumah orang tua atau nenek di kampung Jawa, mungkin pernah lihat ada arang diletakkan di pojokan ruangan — kadang di dapur, kamar mandi, bahkan bawah ranjang.
Katanya biar rumah adem, nggak “bertenaga negatif”. Kedengarannya mistis, ya? Tapi tunggu dulu, ternyata ada logika ilmiahnya juga loh.
Dari Mitos ke Fakta
Dulu masyarakat Jawa percaya arang bisa “menetralkan energi” atau menolak bala. Sekarang, komunitas Aqliyah Indonesia — digerakkan oleh Agus Sumardoso, pembina Aqliyah Indonesia — ngajak orang buat ngelihat ulang tradisi ini dari kacamata akal sehat.
Kata Agus, banyak kebiasaan kuno yang sebenarnya berawal dari pengamatan alam. Dulu nggak disebut “penelitian”, tapi ya sama: hasil pengalaman bertahun-tahun. Misalnya, kenapa arang dipakai di dalam rumah? Karena ternyata arang memang bisa nyerap bau, kelembapan, bahkan polutan udara.
Nih Buktinya, Bukan Sekadar Cerita
Beberapa penelitian modern bener-bener nunjukin arang atau biochar punya manfaat nyata:
-
Nyerap Polutan & Bau
Studi dari Science of The Total Environment (Sadegh dkk., 2024) bilang biochar bisa nyerap senyawa organik volatil (VOCs) kayak formaldehida — penyebab bau dan udara kotor di rumah.
Sadegh et al., 2024 -
Bikin Udara Lebih Kering & Sehat
Riset lain di Journal of Environmental Chemical Engineering (He dkk., 2023) nemuin karbon aktif bisa nyerap kelembapan sampai 35% dari beratnya. Cocok banget buat ruangan tropis yang gampang lembap.
He et al., 2023 -
Bisa Dipakai Lagi di Tanah!
Arang bekas nyerap udara bisa dijadiin pupuk organik (biochar) yang nambah kesuburan tanah. Jadi nggak cuma hemat, tapi juga ramah lingkungan.
David et al., 2022
Cara Simpel Pakai Arang di Rumah
Biar nggak cuma nostalgia, begini cara gampang buat nyoba manfaat arang:
-
Gunakan arang dari kayu, batok kelapa atau bambu, bukan arang sintetis.
-
Taruh di wadah kecil terbuka (mangkuk, kain kasa, atau kantong jaring).
-
Tempatkan di area lembap seperti dapur, kamar mandi, atau lemari.
-
Ganti tiap 2–4 minggu biar efeknya maksimal.
-
Arang bekas bisa dijemur ulang atau ditabur di tanah sebagai pupuk.
Gampang, murah, dan ramah lingkungan. Nggak perlu beli alat mahal buat nyaring udara.
“Aqliyah” = Akal Yang Luas
Gerakan Aqliyah Indonesia ini punya filosofi sederhana: gunakan akal dalam memahami tradisi.
Menurut Agus Sumardoso, jangan buru-buru anggap semua kebiasaan lama itu tahayul. Kadang, ada dasar rasional yang belum dijelaskan ilmuwan zaman dulu.
Misalnya, orang dulu nggak ngerti istilah “adsorpsi karbon”, tapi mereka tahu arang bisa bikin rumah lebih segar dan bebas lembap. Sekarang, peneliti barat yang ngejelasin mekanismenya pakai jurnal.
⚖️ Mitos Nggak Harus Dibuang, Asal Dipahami
Kata para antropolog, tradisi kayak gini bisa dibilang “teknologi sosial” — hasil pengetahuan praktis masyarakat buat nyiasatin lingkungan.
Jadi, daripada dibilang mistis, mending dianggap cara lokal menjaga keseimbangan rumah.
Arang di sudut rumah mungkin dulunya simbol spiritual, tapi faktanya juga alat alami buat bikin udara lebih sehat.
Mitos dan sains ternyata bisa berdamai, asal dipahami dengan akal.
Penutup
Tradisi menaruh arang di rumah emang terkesan kuno. Tapi kalau dilihat dari kacamata sekarang, ini bisa jadi solusi ekologis dan murah buat menjaga udara bersih.
Lewat gerakan Aqliyah Indonesia, Agus Sumardoso ngajak masyarakat buat ngolah warisan budaya jadi kebiasaan modern yang logis dan bermanfaat.
Jadi, lain kali kalau lihat arang di pojokan rumah, jangan langsung mikir “klenik” dulu ya. Bisa jadi itu cuma cara leluhur kita menjaga rumah tetap sehat — versi mereka.
Referensi:
-
Sadegh, F. et al. (2024). Adsorption of volatile organic compounds on biochar. Science of The Total Environment.
-
He, F. et al. (2023). Influence of Humidity on Adsorption Performance of Activated Carbon. Journal of Environmental Chemical Engineering.
-
David, E. et al. (2022). Production of Activated Biochar Derived from Residual Biomass. MDPI – Materials.





