Aqliyah Indonesia

BERSIH-BERSIH

MASJID AGUNG DEMAK

 

Menemukan Kedamaian dan Kesehatan Bersama Aqliyah : Kisah Mbak Lia dalam Menghadapi Penebalan Dinding Rahim dan Perubahan Hidup

Menemukan Kedamaian dan Kesehatan Bersama Aqliyah : Kisah Mbak Lia dalam Menghadapi Penebalan Dinding Rahim dan Perubahan Hidup

Jakarta, Indonesia. Kesehatan tidak hanya bergantung pada pengobatan medis, tetapi juga pada kesejahteraan mental, emosional, dan spiritual. Dalam keseharian yang penuh dengan tekanan hidup, banyak yang mengabaikan peran kebahagiaan dan kedamaian dalam menjaga kesehatan. Di komunitas Aqliyah, konsep ini diwujudkan melalui kegiatan sosial yang membawa banyak manfaat kesehatan, termasuk bagi mereka yang mengalami berbagai kondisi fisik dan mental yang menantang. Dalam sebuah vlog komunitas ini ( PO JOKE AI ), Mbak Lia berbagi kisahnya bagaimana kegiatan sosial dan keterlibatan dalam komunitas membantu mengatasi masalah kesehatan yang selama ini ia alami, termasuk penebalan dinding rahim, asma, hingga masalah mental lainnya.

Awal Perjalanan Mbak Lia: Penebalan Rahim dan Tantangan Kesehatan

Mbak Lia memulai ceritanya dengan latar belakang kondisi kesehatannya yang mempengaruhi kesehariannya. Ia sering mengalami nyeri hebat selama haid hingga tak jarang ia harus absen dari aktivitas. Menurut istilah medis, kondisi ini sering disebut sebagai dismenore atau nyeri haid yang intens dan berkepanjangan. Di samping itu, ia juga menghadapi penebalan dinding rahim yang sering menyebabkan rasa sakit saat haid. Mbak Lia mencoba berkonsultasi dengan dokter dan mendapatkan resep obat pereda nyeri, tetapi solusi ini hanya sementara.

Selama bertahun-tahun, Mbak Lia merasa terbatas oleh kondisi fisiknya. “Dulu waktu masih kuliah, kalau nyeri datang, saya sering harus pulang dan istirahat. Begitu pula ketika sudah menikah, nyeri itu masih menjadi tantangan,” ujarnya. Ia menggambarkan bagaimana rasa sakit tersebut memengaruhi kualitas hidupnya dan membatasi aktivitas sehari-hari. Namun, segala upaya pengobatan tampaknya tidak membuahkan hasil yang berarti.

Bergabung dengan Aqliyah: Mencari Kedamaian di Tengah Tantangan Hidup

Perkenalan Mbak Lia dengan Aqliyah bermula dari suaminya yang sudah lebih dulu terlibat dalam komunitas ini. Setiap minggu, suaminya terlibat dalam kegiatan bersih-bersih masjid, yang awalnya tidak menarik bagi Mbak Lia. “Saat itu saya lebih memilih berjualan untuk mendapatkan penghasilan tambahan ketimbang mengikuti kegiatan yang tampaknya tidak ada untungnya secara materi,” ujar Mbak Lia. Namun, semakin sering melihat suaminya bersemangat menjalani kegiatan sosial tersebut, Mbak Lia pun mulai tertarik.

Pada akhirnya, setelah diajak beberapa kali, Mbak Lia memutuskan untuk mencoba bergabung pada suatu acara yang diadakan saat bulan Ramadan. Di luar dugaan, ia merasakan kedamaian yang berbeda saat mengikuti kegiatan tersebut. “Meski tidak ada imbalan finansial, perasaan tenang dan senang itu membuat saya ingin terus berpartisipasi,” ungkapnya. Ini menjadi awal dari perubahan besar dalam hidup Mbak Lia, baik dari segi kesehatan fisik maupun mental.

Kesehatan Fisik dan Mental yang Membaik Setelah Bergabung dengan Aqliyah

Seiring dengan keterlibatannya yang semakin aktif di Aqliyah, Mbak Lia mulai merasakan dampak positif pada kesehatannya. Kondisi haid yang sebelumnya sangat menyakitkan mulai berkurang intensitasnya, bahkan durasinya menjadi lebih singkat. Mbak Lia terkejut karena kini haid hanya berlangsung selama tiga hari tanpa rasa nyeri yang berkepanjangan. Ini tentu saja perubahan yang luar biasa, mengingat sebelumnya ia sering merasa kesakitan hingga tidak mampu beraktivitas normal.

Tidak hanya itu, Mbak Lia juga menceritakan bahwa asmanya yang sering kambuh selama musim dingin kini jarang muncul. Sebelum bergabung dengan Aqliyah, ia sering khawatir akan asma yang menyerangnya terutama saat terkena cuaca dingin atau minum es. Namun setelah terlibat dalam komunitas ini, ia merasa asmanya semakin berkurang, bahkan pada musim dingin sekalipun. “Saya tidak menyangka bahwa perubahan sederhana dalam cara berpikir dan merespon situasi bisa berdampak besar pada kesehatan saya,” tambah Mbak Lia.

Penerimaan Diri dan Prinsip Kebahagiaan Tanpa Syarat di Aqliyah

Salah satu nilai inti yang ditanamkan dalam komunitas Aqliyah adalah penerimaan diri dan kebahagiaan tanpa syarat. Dalam komunitas ini, anggotanya diajarkan untuk menerima segala sesuatu apa adanya tanpa menilai atau menghakimi. Pembina Aqliyah sering menyampaikan bahwa untuk mencapai kesehatan dan ketenangan, seseorang harus melepaskan beban-beban yang bersifat negatif, seperti terlalu banyak berpikir atau merasa khawatir berlebihan. Dalam interaksi dengan sesama anggota, setiap orang diajarkan untuk membuka diri dan tidak membatasi pergaulan dengan prasangka atau ketakutan yang tidak berdasar.

Diskusi dalam vlog tersebut juga menyinggung tentang bagaimana pembatasan diri terhadap interaksi sosial bisa berdampak negatif. Pembina menjelaskan bahwa penebalan dinding rahim bisa saja dikaitkan dengan kebiasaan menutup diri dari komunikasi dan jarang bersosialisasi. Kondisi ini dianggap sebagai bentuk “jarak emosional” yang terbentuk akibat ketidaknyamanan untuk membuka diri dan berinteraksi dengan orang lain. Sebaliknya, Mbak Lia yang mulai aktif dalam kegiatan sosial, seperti membersihkan masjid bersama teman-teman di Aqliyah, merasakan bahwa rahimnya semakin membaik seiring dengan perasaan bahagia yang diperoleh dari interaksi tersebut.

Kehidupan Sosial yang Lebih Terbuka dan Rasa Percaya Diri yang Bertumbuh

Mbak Lia mengakui bahwa sebelum bergabung dengan Aqliyah, ia cenderung menarik diri dari pergaulan dan sulit untuk merasa nyaman dalam komunikasi dengan orang lain. “Dulu saya jarang sekali bercanda atau tertawa lepas, bahkan merasa kaku dalam berteman,” katanya. Di Aqliyah, ia belajar untuk menikmati komunikasi yang santai dan humoris bersama anggota lainnya. Keterbukaan ini menumbuhkan kepercayaan diri yang selama ini terkubur.

Dalam suasana kekeluargaan yang dibangun Aqliyah, setiap anggota diajarkan untuk saling mendukung tanpa syarat. Interaksi bebas dari penilaian atau kritik membuat anggota merasa diterima sepenuhnya. “Bagi saya, interaksi ini bukan hanya membuat saya lebih bahagia, tetapi juga menyehatkan mental saya. Saya bisa lebih santai, tidak terlalu memikirkan hal-hal kecil yang justru membuat kepala sering sakit,” ujarnya sambil tertawa.

Perubahan Pola Pikir dan Kebahagiaan yang Sejati

Dalam komunitas Aqliyah, Mbak Lia belajar bahwa kebahagiaan sejati tidak datang dari hal-hal materi, seperti penghasilan atau omset yang tinggi. Selama ini, ia menganggap bahwa memiliki uang banyak adalah kunci kebahagiaan. Namun setelah terlibat dalam Aqliyah, ia menyadari bahwa kedamaian hati lebih bernilai. “Sekarang saya merasa lebih bahagia, meskipun omset tidak selalu tinggi. Kebahagiaan itu justru datang ketika saya merasa tenang dan menerima diri apa adanya,” tambahnya.

Pembina Aqliyah menegaskan bahwa konsep kebahagiaan sejati di Aqliyah berakar pada prinsip menerima segala sesuatu sebagai bentuk ciptaan Allah tanpa syarat. Kebahagiaan tidak perlu dicari di luar diri, tetapi bisa ditemukan dengan menerima apa yang ada. Anggota Aqliyah diajak untuk fokus pada kegiatan sosial yang tidak hanya bermanfaat bagi diri sendiri, tetapi juga bagi orang lain.

Inspirasi bagi Komunitas Lain dan Kesimpulan

Cerita Mbak Lia adalah salah satu dari banyak pengalaman inspiratif di komunitas Aqliyah. Melalui kegiatan sosial, Aqliyah memberikan kesempatan bagi anggotanya untuk menemukan kedamaian batin, mengatasi rasa sakit, dan membuka diri terhadap kebahagiaan yang lebih hakiki. Bagi mereka yang menghadapi tantangan kesehatan fisik maupun mental, keterlibatan dalam kegiatan sosial dan penerimaan diri seperti yang ditawarkan Aqliyah bisa menjadi salah satu jalan menuju kehidupan yang lebih sehat dan seimbang.

Kisah ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati tidak hanya ada di dalam materi, tetapi lebih pada kedamaian hati dan penerimaan diri. Dengan prinsip menerima tanpa syarat dan menjalani aktivitas sosial, Aqliyah membuktikan bahwa kesehatan bukan sekadar urusan medis, tetapi juga hasil dari keseimbangan antara pikiran, perasaan, dan perbuatan.

Artikel ini mencerminkan bagaimana keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial dan komunitas dapat membawa perubahan positif yang tidak terduga dalam hidup seseorang.

AQLIYAH INDONESIA

Berkesadaran Dengan Akal Realita

Lahir  dan Hidup Di Indonesia